-->

Teater Annuqayah


(Sebuah Kronik)

Membincangkan teater di tempat saya berdiam saat ini (baca: Annuqayah) merupakan sebuah topik menarik. Karena seiring perjalanannya yang sudah tak bisa dianggap muda lagi tentunya ada banyak hal yang telah mereka (pelaku teater itu) sumbangkan bagi keberkembangan teater khususnya di Annuqayah. Sumbangan tersebut merupakan kontribusi yang sepatutnya mereka persembahkan sebagai sebuah konsekwensi profesi yang menuntut pemenuhan akan sebuah karya nyata.

Perjalanan yang panjang tersebut juga dipenuhi beragam persoalan yang hingga kini masih belum menemukan solusi yang tepat, bagaimana cara menanggulanginya. Persoalan-persoalan yang muncul juga karena pengaruh luar yang sangat dinamis dan tiap saat selalu mengalami kuldesak! perubahan yang simultan dan tak dapat dicegah. Arus luar yang membuka banyak hal dalam kamus keteateran sedikit banyak memberikan warna baru dalam perkembangan teater Annuqayah selanjutnya. Teater Annuqayah tidak mungkin bisa menutup diri dari dunia luar yang lebih dulu menciduk perubahan. Termasuk dalam dunia teater sendiri. Berbagai macam konsep teater yang banyak bergaung akhir-akhir ini sudah bisa sedikit diterima oleh insan-insan teater di Annuayah, walaupun dalam perjalanannya mereka tetap tak secara utuh menerima semua itu. Karena berbagai macam persoalan yang membelit dan sulit dicarikan solusi. Mungkin bukan tidak ada solusi, tapi lebih tepatnya masih kami carikan.
Keterbukaan informasi tentunya tak lepas dari usaha teaterawan Annuqayah sendiri yang tak ingin menengebiri kebebasannya dalam pemenuhan informasi yang banyak dan layak. Mereka melakukan trobosan-trobosan dan lobi-lobi. Terutama kepada mereka yang sudah banyak tahu dibidangnya. Tokoh-tokoh teater yang dianggap mampu mereka akomudir dalam beberapa bentuk program, misalnya wosk shop keteateran, bincang-bincang kecil (sharing), pementasan bersama, diskusi, aresiasi, ekplorasi, kritik teater dan masih banyak yang lainnya. Usaha ini patut diacungi jempol, karena setidaknya upaya tersebut telah bisa dikatakan sebuah keterjagaan dari “komplikasi penyakit” panjang yang dideritanya semenjak tahun-tahun yang lalu. Sebab, Annuqayah sudah lama mengenal dunia teater namun dalam perjalannya tidak banyak mengalami perkembangan. Itu karena tak ada keinginan yang kuat dari berbagai pihak untuk mendukung suksesnya teater di Annuqayah. Apalagi didukung oleh ketebatasan pemahaman mereka mengenai dunia teater.

Perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini juga tak lepas dari kehadiran beberapa tokoh di dalam intern Annuqayah sendiri. Beberapa putra Pengasuh ada sebagian yang juga termasuk penggiat teater. Dan beliau juga merupakan salah satu orang yang ditokohkan dalam komunitas beliau ketika masih mencari jati dirinya di luar Annuqayah. Contoh kecilnya adalah K. Faizi. Beluai merupakan figur yang paling akrab dengan masyakat sastra Annuqayah. Setiap kali ada semacam pementasan, jika ada waktu luang, pasti beliau sempatkan untuk menghadiri acara tersebut. Jadi, mereka yang kebetulan tampil bisa memintakan pendapat kepada beliau. Kira-kira apakah yang harus dibenahi. Apakah yang harus di-Cut. Tapi, karena beliau juga bukan orang yang sepi pekerjaan, maka agak sulit untuk bisa berjumpa secara terus menerus. Namun, toh walaupun beliau tidak seratus persen bisa bergabung dengan teaterawan Annuqayah, tapi setidaknya beliau telah memberikan banyak hal yang ditunggu-tunggu oleh mereka selama beberapa tahun yang telah lalu. Selain K. Faizi, K. Miming juga menekuni dunia sastra. Tapi fokus beliau lebih kedunia tulis-menulis. Beliau mendirikan kantong sastra yang diberi nama Bengkel Puisi Annuqayah, sebuah usaha memantapkan dunia tulis-menulis puisi dalam satu wadah. Tapi beliau juga tak bisa berbuat banyak bagi anggotanya, karena K. Miming memimpin beberapa lembaga yang tergolong besar, seperti BPM, PPA. Latee I dan lain-lain. Aktifitasnya yang padat itu membuat hari-hari beliau tersedot oleh pekerjaanya. Jadi, para pelaku sastra di Annuqayah tidak bisa sepenuhnya tergantung kepada beliau. K. Miming hanya memberikan arahan-arahan yang kemudian dilaksakan sendiri oleh mereka. Masih banyak tokoh-tokoh yang mewarnai kehidupan dunia teater di Annuqayah. Akan tetapi tidak mungkin bisa disebut secara keseluruhan di sini. Biarlah saya tulis pada waktu yang lain mengenai mereka agar terulas secara rinci.

****
Kalau dibandingkan dengan teater luar, tentu saja teater Annuqayah masih jauh dari kata sempurna. Beragam penyebab yang membelit pekerja teater di sini menyebabkan perkembangannya tersendat-sendat. Beberapa masalah yang mereka hadapi mungkin ada kesamaan dengan problem-problem teater luar. Namun juga ada yang tidak sama. Mungkin karena di sini adalah pondok pesantren yang kita tahu memiliki keterbatasan dan kehidupan yang terkurung dalam sebuah undang-undang yang sangat mengikat. Lain jika dibandingkan dengan di luar yang serba bebas. Perkembangannya tentu saja akan lain dari teater yang berkembang dalam dunia pesantren. Teater luar akan lebih mudah dalam menerima perubahan yang dilakukan oleh para pekerja seni kelas-kelas atas. Dan interaksi yang jauh dari pengekangan-pengekangan membuat masalah yang dihadapi oleh teater pesantren itu bisa dengan mudah mereka hadapi. Bahkan mungkin hal itu, bagi mereka, bukan sebuah halangan.

Beberapa masalah yang dihadapi oleh para pekerja teater di Annuqayah sedikit akan saya ulas dalam beberapa tulisan yang akan datang. Tulisa tersebut semata-mata hanya untuk berbagi pengalaman dan barangkali bisa juga menjadi jembatan komunikasi yang mampu menularkan sesuatu yang berarti bagi pembaca yang budiman. Saya mohon maaf, jika pembacaan saya mengenai dunia teater masih tergolong sebagai pembacaan seorang penikmat, bukan pelaku apalagi kritikus. Wow!
Demikanlah, harap hati-hati, penikamat terkadang ketepatan tidur waktu pementasan terjadi. Ada alasan untuk mengatakan ulasannya melenceng! Ok!

Related Posts

0 Response to "Teater Annuqayah"

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel