-->

Malam Nishfu Sya'ban


Rabu malam, 5 Agustus 2009, adalah salah satu hari istimewa bagi kalangan umat Islam. Dalam kepercayaan umat Islam, hari tersebut merupakan pergantian buku catatan amal manusia di dunia. Catatan yang lama akan disetor oleh Malaikat kepada Tuhan berganti lembar catatan baru yang masih putih dan belum terjamah oleh catatan amal seseorang.
Ada ritual khusus yang dilaksanakan pada malam tersebut, yaitu mengaji surah Yasin tiga kali. Pembacaan surat yasin ini disertai doa-doa khusus ketika selasai satu bacaan. Tiga Yasin itu disertai doa dengan tiga harapan pula; berharap mendapat umur panjang yang barokah, berharap tetap dalam iman, dan berharap mendapat rezeki yang halal.
Setelah mereka menyelesaikan tiga bacaan Yasin tersebut, biasanya langsung bersalam-salaman berusaha saling maaf-memaafkan. Harapannya, dilembar catatan baru itu atau diakhir catatan lama mereka mengawali atau mengakhiri catatan dengan bersih (tidak punya kesalahan karena telah bermaaf-maafan).Pada malam Nishfu Sa’ban tersebut, seluruh santri berbondong-bondong untuk bisa sowan kepada pengasuh masing-masing daerah. Salain ke pengasuh, mereka pun biasanya bersalaman di tengah jalan ketika bertemu kawan yang dikenalnya. Karena tempat masing-masing pondok berbeda-beda, mereka harus berjalan ramai-ramai. Jalanan menjadi sesak.
Kebiasaan ini setidaknya sudah puluhan bahkan ratusan tahun dipelihara. Saya pun yang sudah menginjak sembilan tahun berada di PP. Annuqayah merasakan bahwa spirit untuk memeriahkan Nishfu Sya’ban tetap menyala-nyala dalam benak santri. Terbukti, ketika Rabu malam kemarin jalanan masih sesak dipenuhi oleh mereka. Meski barangkali niat mereka mungkin tidak semeriah niat-niat para pendahulunya, hanya ingin beramai-ramai di jalanan.
Rabu malam kemarin memang terasa kian istimewa. Tersebab kehadiran rembulan seperti bola pipih menggelantung di langit. Suara tawa dan sapa akrab para santri seakan disaksikannya dengan senyum dan kedamaian. Sapa akrab santri itu sering diungkapkan dengan kata-kata yang kadang seperti guyonan. Misalnya, “kosong-kosong ya??”. Apa artinya? Kosong-kosong menurut mereka adalah memaafkan seluruh kesalahan sehingga menjadi kosong, tidak ada amal salah lagi dari masing-masing keduanya.
Itulah kebiasaan para santri PP Annuqayah yang sampai saat ini tetap terpelihara dengan baik. Mudah-mudahan masih bisa bertahan, termasuk niat dalam melakoninya. Apa yang disampaikan KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam acara Halaqah Islam dan Kebangsaan beberapa waktu lalu sangat relevan jika ingin melesatarikan tradisi pesantren. Pesan itu disampaikan karena rasa khawatir beliau melihat tradisi pesantren akhir-akhir ini yang sudah kemaruk mengikuti dunia luar.

0 Response to "Malam Nishfu Sya'ban"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel