Menonton Indonesia vs Malaysia
Serial Perjalan Tidak Penting (3)
Sehabis shalat isya kami pergi ke rumah paman teman saya. Rumah itu tak begitu jauh. Tujuan kami ke sana adalah untuk menonton final sepak bola antara timnas Indonesia melawan Malaysia. Final kali ini mempertemukan musuh bebuyutan. Saya yang memang sangat menggemari bola (namun akses di pondok sangat sulit) merasa tak boleh melewatkan momen malam itu. Bagaimanapun, meski permainan timnas Indonesia tidaklah terlalu bagus, saya tetap mendukungnya. Ada rasa nasionalisme yang begitu erat mengikat dan menggerakkan naluri untuk mendukung secara utuh permainannya.
Di rumah paman teman saya itu, kami disambut oleh beberapa lelaki yang sudah siap menonton. Terlihat beberapa lelaki tua, remaja, dan anak-anak. Kami harus ke situ karena televisi di rumah teman saya tidak bisa mengakses channel televisi swasta yang biasa menayangkan sepak bola tersebut. Dua channel diblokir karena menggunakan antena parabola. Maka dari itu, kami menumpang ke sana karena di situ bisa mengakses televisi milik pemerintah yang tidak diblokir.
Sesampai di sana, saya masih harus menunggu beberapa saat lamanya. Seorang komentator dan pembawa acara berbicara tentang timnas. Pembicaraan yang saya rasa tidak bisa menetralisir ketegangan yang mulai kami rasakan. Seorang lelaki mengomeli komentator tersebut karena sepertinya ia lebih bisa bermain bola ketimbang pemain-pemain timnas yang dikomentarinya.
Akhirnya, wasit dari Jepang meniup peluit panjang. Kick off dimulai. Egi dan kawan-kawannya mulai berjibaku menyerang pihak lawan. Pada menit-menit awal, permainan Malaysia memang cukup disiplin dan terkontrol rapi. Bola-bola pendek berhasil membuyarkan konsentrasi pemain Indonesia. Beberapa peluang hampir saja membuahkan gol. Namun, Kurnia Meiga, penjaga gawang Indonesia, masih mampu menepis bola yang dilesakkan pemain Malaysia. Saya pesimis jika irama permainan tetap seperti itu, Malaysia pasti akan menciptakan gol. Namun, ternyata Indonesialah yang pertama kali memasukkan bola ke gawang Fahmi, kiper Malaysia. Gol itu membuat orang-orang yang menonton bersorak. Tentu saja saya juga.
Kemudian, irama pertandingan kian kacau. Saya yakin Malaysia akan melesakkan gol juga. Dan benar adanya, Malaysia menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Kami kecewa kepada timnas. Terlebih beberapa pemain seperti Andik dan Wanggai tak mampu mengambil peran cukup vital malam itu. Andik dan Wanggai ditarik setelah beberapa menit bermain.
Jika di lapangan para pemain berjibaku dengan bola, maka saya yang menonton harus berjibaku dengan mata. Sepanjang pertandingan, mata saya berair dan terasa sakit. Saya harus sering-sering mengusapnya. Malam itu saya seperti sedang menangis karena gol timnas bisa dikejar Malaysia. Untunglah saya tak secengeng itu.
Pertandingan terus berlangsung. Masing-masing satu gol yang dihasilkan tak mampu ditambah oleh kedua tim. Pada menit-menit terakhir, Indonesia mendominasi permainan. Malaysia dibuat kocar-kacir. Namun, kerja keras itu tak mampu jua menghasilkan gol. Karena hasil tetap seri, maka wasit memberikan perpanjangan waktu selama 30 menit. Dan dalam perpanjangan ini pun, kedudukan masih tetap sama. Akhirnya, adu penalti tak bisa dihindarkan. Saya sudah pesimis sejak awal, Indonesia akan kalah. Hal itu saya lihat dari kondisi Kurnia Meiga yang selama permainan beberapa kali ragu menyelamatkan bola. Terlebih lagi, eksekutor dari timnas kita belum ada yang mumpuni.
Dan kekhawatiran saya memang betul-betul terjadi, Indonesia kalah. Namun, saya tidak terlalu kecewa karena saya kira kemenangan Malaysia hanya soal keberuntungan saja. Bagaimana pun, timnas Indonesia sudah menampakkan performa cukup baik pada akhir laga. Saya menyukai kondisi itu ketimbang adu penalti. Hanya saja, saya tetap tak terima jika Malaysia menggotong emas untuk cabang olah raga ini. Malaysia yang mencuri sejumlah hak paten kebudayaan serta pulau Indonesia. (bersambung)
Sumber foto: http://deka.web.id/wp-content/uploads/2009/10/Indonesia-Vs-Malaysia.gif
0 Response to "Menonton Indonesia vs Malaysia"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.