Terkenang Seorang Kawan
“bisik malam menuntunku ke dalam kekalutan”
lewat percakapan warna legamsuaramu sesap ke dada bulan, bintang-bintang
murung di atas jalanan
sehabis pertemuan dengan sisa nyala lilin dan kegelisahan peron
kereta tidak lagi mengirim mimpi-mimpi
menelusup ke dalam tidurmu
kaukah kesepian seorang peragu?
hanya harum darah berkeliaran, menerkam ingatan-ingatan
sepotong siroh bebunga melayah di tanah, berguguran
ke dalam kisah-kisah tentang pekuburan
jemari lentikmu gemetar menaruhnya ke balik denyar impian
“peristiwa apalagi yang mesti terjadi”
di luar stasiun,
dengan separuh bulan yang terbakar
kanak-kanak merapalkan mantra sang pendekar
bagaimana cara terbaik melupakan pembantaian,
pembakaran dan penembakan?
pupus sudah sisa usia dalam hitungan jemari kecilnya
“di meunasah kaum kerabatku tersungkur ke tanah”
seperti lolong anjing, kanak-kanak itu terus bermimpi menangkap angin
saat itulah, dengan sebidang kegirisan di dadamu
kau tulis batu-batu ambar kesetiaan
bekas-bekas luka yang semedi dalam ingatan
meski harapan hanya setentang dari moncong senapan
kau tetap mengabariku makna pertikaian!.
2009
saya suka kalimat " di luar stasiun dengan separu bulan yang terbakar" :) disinya bagus. like ^^
ReplyDelete@Mushdiqah el Drida: Terima kasih atas apresiasinya... :-)
ReplyDelete