Kenali Sebab-Sebab Tulisan Anda Macet
“Kenapa saat saya menulis suka macet?”
Mungkin Anda pernah melontarkan pertanyaan semacam itu. Ia adalah situasi yang sering menghantui penulis pemula. Mereka, penulis pemula itu, kesulitan meneruskan tulisannya karena kepala rasanya sudah tak punya apa-apa lagi untuk dikeluarkan, kecuali hal-hal lain yang tak ada hubungannya dengan tema tulisan.
Gejala seperti itu lumrah saja, namun terkadang membuat penulis pemula yang tidak tangguh mudah keok. Mereka merasa menulis bukanlah bakatnya. Mereka berpikir menjadi tukang tenung lebih mudah daripada menjadi penulis.
Seorang penulis yang tangguh akan melewati fase-fase semacam itu dengan perjuangan yang tak mudah. Mereka tahu bahwa penulis-penulis besar pun melewati fase yang sama. Tidak ada penulis yang langsung bisa mendedahkan kalimat-kalimatnya di atas kertas atau layar komputer dengan lancar. Mereka butuh waktu untuk belajar menyusun kata, kalimat, paragraf, hingga tulisan utuh. Mereka butuh terjatuh untuk bisa bangkit lagi dan kemudian berlari cepat.
Baca Juga: Cara Mudah Menulis Resensi Buku
Penulis pemula mengalami kemacetan umumnya disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
Tidak Menguasai Tema Tulisan
Tulisan bisa diibaratkan seperti adonan kue. Untuk bisa menghasilkan kue yang enak dan bagus bentuknya, si pembuat harus punya bahan-bahan sekaligus tahu cara membuatnya. Demikian pun dalam sebuah tulisan. Untuk mendapatkan tulisan yang bagus, seorang penulis harus menguasai tema yang akan ditulisnya. Ia harus menyiapkan bahan-bahan tulisannya terlebih dahulu sebelum menulis.
Bagaimana caranya? Bacalah buku atau bahan bacaan lain yang mengulas tentang tema yang akan Anda tulis. Baca dari berbagai perspektif, sehingga Anda paham dan di dalam kepala Anda timbul gagasan baru atas tema tersebut. Semakin luas Anda membaca, kian bagus karya Anda.
Cara lainnya adalah dengan berdiskusi. Teman kita atau siapa pun itu terkadang punya banyak informasi yang tak kita duga. Mereka bisa menjadi sumber pengetahuan yang bisa kita gali untuk memperdalam tema tulisan kita. Kita pun bisa mengajukan gagasan-gagasan tentang tulisan tersebut kepadanya untuk mendapatkan tanggapannya.
Jika tema tulisan bersifat kajian lapangan, kita juga bisa memperkayanya dengan cara observasi. Datang langsung ke tempat kejadian. Lihat keadaannya dengan mata telanjang. Himpun fakta-fakta yang ada. Jika perlu, lakukan wawancara kepada orang-orang yang punya kaitan dengan tema yang kita bahas.
Catatan: dalam tahap latihan menulis, cobalah hindari tema-tema yang sulit. Tulislah dulu tema-tema yang dekat dengan keseharian Anda. Misalnya, tingkah lucu kucing di rumah Anda, nenek Anda yang sering menyanyikan lagu-lagunya Ayu Ting-ting, atau gaya merokok kakek yang mirip lokomotif era 70-an. Tema-tema yang dekat dengan kita akan lebih mudah kita kuasai ketimbang tema-tema berat semacam globalisasi, westernisasi, dan sisasi lainnya. Tema yang ringan dapat menghindarkan kita dari kebosanan mencari data. Ingat: ini khusus pemula.
Baca Juga: Cara Mendapatkan Buku Gratis
Jarang Membaca
Dalam menulis, kita merangkai sebuah kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi tulisan utuh. Semua proses itu membutuhkan kehadiran kata-kata sebagai bahan. Jika ia tidak ada, tentu tulisan pun tak akan ada.
Nah, penulis pemula biasanya miskin kata-kata. Mereka suka sekali mengulang-ulang kata, sehingga membuat tulisannya membosankan. Jika sudah tak ada lagi kata yang cocok dalam kepalanya, kalimat-kalimat yang ditulisnya akan mandek. Mereka kehabisan kata-kata untuk menyusun gagasannya.
Masalah seperti ini biasanya disebabkan oleh minimnya aktivitas membaca yang mereka lakukan. Padahal buku dan bahan bacaan lainnya adalah lahan untuk menimba perbendaharaan kata-kata. Jika tak membaca, dari mana kita akan mendapatkan kata-kata?
Dari dua penyebab kemacetan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa antara membaca dan menulis punya hubungan yang tak boleh dipisahkan. Keduanya saling kait-mengait.
Mungkin Anda pernah melontarkan pertanyaan semacam itu. Ia adalah situasi yang sering menghantui penulis pemula. Mereka, penulis pemula itu, kesulitan meneruskan tulisannya karena kepala rasanya sudah tak punya apa-apa lagi untuk dikeluarkan, kecuali hal-hal lain yang tak ada hubungannya dengan tema tulisan.
Gejala seperti itu lumrah saja, namun terkadang membuat penulis pemula yang tidak tangguh mudah keok. Mereka merasa menulis bukanlah bakatnya. Mereka berpikir menjadi tukang tenung lebih mudah daripada menjadi penulis.
Seorang penulis yang tangguh akan melewati fase-fase semacam itu dengan perjuangan yang tak mudah. Mereka tahu bahwa penulis-penulis besar pun melewati fase yang sama. Tidak ada penulis yang langsung bisa mendedahkan kalimat-kalimatnya di atas kertas atau layar komputer dengan lancar. Mereka butuh waktu untuk belajar menyusun kata, kalimat, paragraf, hingga tulisan utuh. Mereka butuh terjatuh untuk bisa bangkit lagi dan kemudian berlari cepat.
Baca Juga: Cara Mudah Menulis Resensi Buku
Penulis pemula mengalami kemacetan umumnya disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
Tidak Menguasai Tema Tulisan
Tulisan bisa diibaratkan seperti adonan kue. Untuk bisa menghasilkan kue yang enak dan bagus bentuknya, si pembuat harus punya bahan-bahan sekaligus tahu cara membuatnya. Demikian pun dalam sebuah tulisan. Untuk mendapatkan tulisan yang bagus, seorang penulis harus menguasai tema yang akan ditulisnya. Ia harus menyiapkan bahan-bahan tulisannya terlebih dahulu sebelum menulis.
Bagaimana caranya? Bacalah buku atau bahan bacaan lain yang mengulas tentang tema yang akan Anda tulis. Baca dari berbagai perspektif, sehingga Anda paham dan di dalam kepala Anda timbul gagasan baru atas tema tersebut. Semakin luas Anda membaca, kian bagus karya Anda.
Cara lainnya adalah dengan berdiskusi. Teman kita atau siapa pun itu terkadang punya banyak informasi yang tak kita duga. Mereka bisa menjadi sumber pengetahuan yang bisa kita gali untuk memperdalam tema tulisan kita. Kita pun bisa mengajukan gagasan-gagasan tentang tulisan tersebut kepadanya untuk mendapatkan tanggapannya.
Jika tema tulisan bersifat kajian lapangan, kita juga bisa memperkayanya dengan cara observasi. Datang langsung ke tempat kejadian. Lihat keadaannya dengan mata telanjang. Himpun fakta-fakta yang ada. Jika perlu, lakukan wawancara kepada orang-orang yang punya kaitan dengan tema yang kita bahas.
Catatan: dalam tahap latihan menulis, cobalah hindari tema-tema yang sulit. Tulislah dulu tema-tema yang dekat dengan keseharian Anda. Misalnya, tingkah lucu kucing di rumah Anda, nenek Anda yang sering menyanyikan lagu-lagunya Ayu Ting-ting, atau gaya merokok kakek yang mirip lokomotif era 70-an. Tema-tema yang dekat dengan kita akan lebih mudah kita kuasai ketimbang tema-tema berat semacam globalisasi, westernisasi, dan sisasi lainnya. Tema yang ringan dapat menghindarkan kita dari kebosanan mencari data. Ingat: ini khusus pemula.
Baca Juga: Cara Mendapatkan Buku Gratis
Jarang Membaca
Dalam menulis, kita merangkai sebuah kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi tulisan utuh. Semua proses itu membutuhkan kehadiran kata-kata sebagai bahan. Jika ia tidak ada, tentu tulisan pun tak akan ada.
Nah, penulis pemula biasanya miskin kata-kata. Mereka suka sekali mengulang-ulang kata, sehingga membuat tulisannya membosankan. Jika sudah tak ada lagi kata yang cocok dalam kepalanya, kalimat-kalimat yang ditulisnya akan mandek. Mereka kehabisan kata-kata untuk menyusun gagasannya.
Masalah seperti ini biasanya disebabkan oleh minimnya aktivitas membaca yang mereka lakukan. Padahal buku dan bahan bacaan lainnya adalah lahan untuk menimba perbendaharaan kata-kata. Jika tak membaca, dari mana kita akan mendapatkan kata-kata?
Dari dua penyebab kemacetan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa antara membaca dan menulis punya hubungan yang tak boleh dipisahkan. Keduanya saling kait-mengait.
0 Response to "Kenali Sebab-Sebab Tulisan Anda Macet"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.