Na'udzubillahi min Alay
Pada sebuah acara pelatihan
tulis-menulis, kepada peserta saya sarankan untuk menulis, minimal di
SMS, menggunakan tatabahasa yang benar, tak perlu disingkat-singkat,
tak usah ada huruf kapital di tengah kata, sebagaimana bahasa-bahasa
alay anak muda zaman
sekarang. Salah satu dari mereka kemudian nyeletuk, “Nanti disangka
baru punya hape, Pak.”
Saya tertegun dan tersenyum kecut.
Saya
memang pernah punya pengalaman pahit disangka baru pegang ponsel
karena bahasa-bahasa resmi yang saya gunakan. Mungkin, penerima pesan
tersebut menyangka saya tidak tahu bahwa bahasa SMS itu biasanya
disingkat-singkat, atau ia sudah berkeyakinan bahwa SMS punya
bahasanya sendiri yang harus ditaati. Sehingga, orang yang memilih
taat kepada tatabahasa Indonesia akan dianggap ingkar kepada bahasa
SMS. Hal itu akan terlihat kampungan di matanya, walaupun saya memang
kampungan sungguhan. Hehe....
Jauh
sebelum menggunakan bahasa resmi dalam SMS, dulu saya juga
menggunakan bahasa yang disingkat-singkat. Hurup “x” berubah
fungsi menjadi “nya”, “kamu” disingkat menjadi “km”
(bukan kilometer, lho), “aku” menjadi hanya “q”, dst.
Bahasa-bahasa seperti itu ringkas, padat, praktis, dan hemat.
Boleh
jadi, penggunaan bahasa SMS dulunya diniatkan untuk menyiasati
membengkaknya karakter tulisan. Hal itu berkaitan langsung dengan
biaya dan kuota huruf yang disediakan oleh ponsel kala itu. Dulu,
ponsel hanya memuat beberapa karakter SMS saja dan biayanya juga
mahal. Namun, kini, dua-duanya sudah tidak menjadi masalah lagi.
Ponsel sudah menyiapkan banyak tempat bagi karakter tulisan dan
biayanya pun sudah cukup murah. Jadi, sekarang hanyalah soal kemauan
saja.
Saya
tidak katakan bahwa menggunakan bahasa yang disingkat-singkat dalam
SMS itu salah. Tidak. Biarlah soal salah dan benar atau haram dan
halal adalah urusan MUI. Kalau saya ikut-ikutan nanti disangka mau
membikin MUI Perjuangan. Yang pasti, ini hanyalah soal pilihan saja.
Saya memilih begini tentu punya alasan, dan mereka yang memilih
begitu juga pasti punya alasan yang berbeda.
Alasan
saya cuma satu, ingin belajar menggunakan tatabahasa Indonesia yang
benar. Saya menggemari tatabahasa, meski dalam perjalanannya, masih
banyak yang belum saya ketahui.
Kegemaran
itu kadang menjadi penyakit; enggan membaca tulisan yang kacau
tatabahasanya. Ini masalah yang mestinya tidak saya pelihara, karena
saya tahu ada mutiara terpendam di dalam tulisan tersebut meski
dibungkus dengan tatabahasa yang sobek-sobek. Namun, akal pemalas
saya balik menyerang, “Hal yang sedehana saja tak mereka lakukan,
bagaimana mutiaranya mau bernilai tinggi?”
Dulu,
saat baru belajar menulis, saya membaca tulisan teman-teman yang
menggunakan bahasa SMS. Baik artikel, cerpen, esai, maupun puisi
mereka tulis dengan bahasa yang disingkat-singkat. Lama-lama, kok,
rasanya tidak enak, dan saya jadi berpikir, ini adalah tradisi yang
tidak sehat. Bahasa SMS telah digunakan di sembarang tempat, tidak
saja untuk komunikasi dalam ponsel. Kalau terus-terusan seperti itu,
bisa-bisa bahasa Indonesia menjadi kacau. Maka, saya memulai dari
diri sendiri, menulis dengan mencoba taat kepada tatabahasa
Indonesia, bahkan dalam SMS sekalipun. Saya tak peduli apakah akan
dikatakan kuno atau kampungan. Keduanya tak jadi soal (karena memang
benar. Hehe...). Pikiran saya sederhana saja, kebiasaan itu sulit
diubah. Kalau saya terbiasa menulis dengan model SMS, tidak menutup
kemungkinan di tulisan-tulisan yang lain saya akan melakukan hal yang
sama.
Saat
ini, variasi tulisan SMS makin beragam. Kebanyakan orang menyebutnya
tulisan alay. Saya tak
tahu pasti apa kaitan langsung antara alay
dengan model tulisan. Bagi saya, alay
adalah mode. Sebagai mode, tentu saja sifatnya sementara. Ia tidak
memiliki pedoman yang pasti, sebagaimana tatabahasa Indonesia. Hari
ini orang menulis “Q”, besoknya bisa berubah menjadi “quw”
atau “qw”. Demikianlah mode, cepat berubah karena orang-orang
gampang bosan.
Saat
ini pun medannya tidak hanya di ponsel. Jejaring sosial juga penuh
dengan model tulisan-tulisan seperti itu. Terhadap kenyataan
demikian, saya memilih menghindar dengan cara memutuskan pertemanan
dengan pasukan seperti ini. Hal tersebut, bagi saya, adalah cara
untuk tidak menambah frustasi keadaan, setelah presiden lebih sering
mengeluh ketimbang bertindak. Dan ia semakin hari kian tambun saja.
[sumber foto: http://unlimited-24.blogspot.com/ dengan croping]
audzubillahi minassinetronirrojiim..
ReplyDeleteHahaha... Sinetron mode:on
DeleteBener Pak. Saya sendiri kalau di sekolah punya tugas rangkap sebagai administrator. Meski sudah berusaha mematuhi EYD, namun ada beberapa yang masih sering salah. Mungkin bukan karena tidak tahu, tapi karena kurang terbiasa menulis sesuai EYD, dan mungkin juga sudah terbiasa mengikuti aturan yang salah kaprah.
ReplyDeleteBetul, kebiasaan adalah racun.
Deletepuyeng mbaca e... brantas alay..
ReplyDeleteKoyok narkoba wae mau diberantas... tas... tas.... :D
Deletehehheeh seperti ini juga ya
ReplyDeleteq tWo, qMo mANk cLiD wAd cYanK m qHo…. tPhE qMo pLu tHwO, mY LuPi aLwaYs 4’U… cO’nA cMa qMo YaNk WaD qHo cYuM…k’tHwA„n cNeNk…tHanKz b’4„„yOz aLaWAiCe d bEz iN meYe heArD„„tHo_tHo.. LupHz yOu
mamang sampai seharian bacanya puyeng heeheh
Haduh, mata saya hampir copot, Mang. :D
DeleteBener" alayyy tuh ... :)
ReplyDeletehahahaha :)
yup :)
Deletehmm mungkin yang diajak smsan masih kelas 1 sd mas, jadi bukan bermaksud alay tapi emang bener2 baru belajar nulis sms :D
ReplyDeletehehehe
Hihihi...
Deletemumet bacanya ..matanya mau copot. haha.
ReplyDeleteadeeeuhhh ada - ada aja yaahh .. buruk nih mata kalo baca sms dari orang alay :D
ReplyDeleteSetuju, kondisi bahasa alay (memangnya bahasa/tulisan alay ya namanya??) kalau tetap dipelihara bisa merusak atau bahkan menghilangkan bahasa Nasional.... sebenarnya siapa yg duluan buat begini? Tangkap dan bawa ke pengadilan, wkwkwkwkk
ReplyDeleteAlay menyusahkan diri sendiri dan orang L4!N, *smile
ReplyDeletewah bener tuh...mungkin bermaksud memberi kode. masih lebih baik kode togel daripada kode tulisan alay
ReplyDeleteflexible aja, tergantung mana yg mau di sms klo pun babe kita gk mungkin tulisan nya cekak gitu... tp klo temen adek kita ywdah, balesan nya seperti itu...
ReplyDeleteflexible aja, tergantung mana yg mau di sms klo pun babe kita gk mungkin tulisan nya cekak gitu... tp klo temen adek kita ywdah, balesan nya seperti itu...
ReplyDeletehaduh perih nih baca nya baca sms alay
ReplyDeletebahasa jaman sekerang ada2 aja
ReplyDeletewahahaha stroke saya langsung kumat mas baca sms alay kayak di gambar itu hihihi
ReplyDelete