Pengalaman Dihipnotis A.S. Laksana
Saya (kiri) saat foto bersama AS Laksana |
“Triiiiiiiiiing…” ponsel saya berbunyi.
Malam itu, saya sedang duduk di depan komputer setelah sebelumnya
mengikuti rapat organisasi. Nama seorang teman muncul di layar
ponsel. Saya mengangkatnya.
“Halo, ada apa ya?” tanya saya
“Pak, sampean segera ke bawah (ruang tamu, Red.), dibutuhkan AS.
Laksana.”
“AS. Laksana?”
“Iya.”
“Oke! Saya segera ke sana.”
Saya menutup telepon. Berseliweranlah tanda tanya
di kepala saya. Saya curiga, panggilan mendadak ini ada kaitannya
dengan status facebook yang baru saya bikin. Dalam status tersebut
saya menyebutnya pawang esai dan cerpen. Mungkin saya akan
dikerjainya, pikir saya. Tapi, alasan ini tidak terlalu istimewa
rasanya. Mungkin ada hal lain, pikir saya lebih lanjut.
Dengan masih menyimpan pertanyaan, saya segera
berangkat menemui Mas Sulak. Di sana, rupanya ada beberapa kiai dan
teman-teman yang sudah menemaninya ngobrol. Saya dipersilahkan masuk
dan diminta duduk di dekat Mas Sulak.
Saat duduk, saya baru ingat bahwa pada sore
harinya, secara berguyon, saya minta dihipnotis. Rupanya Mas Sulak
ingin menunaikan guyonan tersebut. Saya senang sekaligus takut.
Senang karena ini adalah pengalaman pertama. Takut karena, bila
melihat di televisi, orang yang dihipnotis bisa bicara apa saja tanpa
sadar, bahkan untuk hal-hal yang buruk sekalipun. Perasaan ini kian
kalut ketika K. Mushthafa mendukung apa yang sudah bercokol di kepala
saya.
Walau begitu, saya mencoba memberanikan diri
dengan cara duduk tenang. Mas Sulak mulai membaca kalimat-kalimat
yang entah ia dapat dari mana. Kadang kalimat-kalimat itu seperti
sebuah penggalan cerpen atau kata-kata motivasi. Kadang seruan agar
saya mengikuti arahannya. Misalnya, saya diminta mengangguk untuk
membenarkan apa yang diucapkan Mas Sulak atau menggeleng untuk
jawaban sebaliknya. Atau, saya diminta menggerakkan jemari kanan
untuk bilang “iya” atau jari kiri untuk bilang “tidak”.
Lama saya duduk dan belum juga merasakan sebuah
trance. Saya mulai berpikir, jangan-jangan saya gagal
dihipnotis. Namun, saya tetap tenang. Mata saya pejamkan sebagaimana
yang diarahkan Mas Sulak. Telinga saya pasang untuk mendengar ia
berkata-kata. Saya menyimaknya dengan takzim.
Setelah agak lama, tiba-tiba saya merasakan tubuh
seperti kehilangan beban. Anggota badan saya tak bisa bergerak walau
pikiran tetap sadar. Saya mendengar teman-teman tertawa kecil saat
saya memasuki alam bawah sadar. Mungkin tampang saya kelihatan lucu
kala itu.
Saya benar-benar tertidur dengan pikiran sadar.
Rasanya aneh sekali. Setelah beberapa saat mengalami hal demikian,
saya mulai bangun sesuai instruksi Mas Sulak. Mata saya terbuka
perlahan dan dunia terlihat seperti sediakala.
Mas Sulak masih terus berkata-kata. Saya
dimintanya mengayun-ayunkan tangan di depan mata, menjauh dan
mendekat. Saya ikuti perintah tersebut dan mulai merasakan ayunan itu
kian lama makin ringan. Hingga beberapa saat, akhirnya saya rasakan
tubuh kembali ringan. Saya memasuki trance untuk kedua
kalinya. Tidur saya kali ini benar-benar nyenyak walau tetap saja
pikiran berada dalam keadaan sadar. Masanya lebih lama ketimbang
tidur sebelumnya. Mas Sulak tetap berkata-kata.
Ketika sadar, saya merasakan tubuh lebih segar.
Sebelumnya, ketika rapat rapat organisasi berlangsung, saya sudah
merasakan kantuk menyerang.
Saya diminta Mas Sulak segera ke kamar mandi untuk
mencuci muka agar lebih segar. Rupanya, rasa segar itu adalah efek
dari hipnosis. Menurut Mas Noeryanto, teman Mas Sulak, tidur karena
hipnosis lebih baik ketimbang tidur biasa. Hipnosis juga bagus untuk
berbagai bidang kehidupan, misalnya untuk pendidikan, kesehatan,
dunia usaha, dll.
Malam itu tak hanya saya yang dihipnotis. Tiga
teman yang hadir juga mencoba merasakannya. Mula-mula Syaiful Anwar
yang dihipnotis oleh Mas Noeryanto dengan teknik berbeda. Dia tidur
setidur-tidurnya. Maksud saya, dia tidak sadar keadaan sekitar,
berbeda dengan yang saya alami. Dia juga tidur lebih lama ketimbang
saya.
Ubaidullah kemudian ikut ambruk setelah Syaiful.
Dia mengalami dua teknik hipnosis. Pertama tidur tidak sadar,
kemudian berikutnya sadar. Ubed mula-mula dihipnotis oleh Mas
Noeryanto kemudian diganti Mas Sulak. Ia terlihat tidur begitu
nyenyak.
Giliran Fathol Alief. Namun, saat dia dihipnotis,
saya sudah pergi karena kantuk menyerang. Waktu sudah pukul 00:30 WB.
Saya tak tahu bagaimana Alief dihipnotis.
Sampai saat ini, saya masih bertanya-tanya, kenapa
hanya berkat permainan kata-kata saya bisa memasuki trance?
Apakah ada jampi-jampi?
“Tidak ada,” kata Mas Sulak. Saya percaya.
wihh mantap gan ... bagai mana tuh ceritanya dari temen temen mas saat dihipnotis mungkin ada gerakan atau bagai mana
ReplyDeleteTidak saya tulis di sini gan. Nanti kepanjangan. :)
DeleteAneh juga ya bisa terhipnotis... tapi kalo dihipnotis untuk tujuan baik sih gak apa2 ya....
ReplyDeleteIya, hipnosis banyak manfaatnya juga.
Deletehipnosis katanya bisa juga buat terapi para pecandu narkoba.
ReplyDeleteblogwalking gan
Iya, gan. Juga untuk pencandu rokok.
Deleteternyata ada dua sisi di balik manfaat dan kekurangannya ya mas :)
ReplyDeleteeh eh.. as laksana itu ya mas sulak itu ya? widiih uda kaya uyakuya dong.. ini kenapa domainnya kembali ke blogspot lagi? belom bayar ya :p
ReplyDeleteIya, Mas Sulak adalah AS Laksana yang biasa nulis di Jawa Pos edisi Minggu.
DeleteDomainnya ganti karena khawatir gak bisa bayar nanti karena harus pake dolar. :D
ga ngerti..
ReplyDeletesama. :D
Deletetapi kebanyakan seremnya kalo denger hipnotis.. :) .
ReplyDeleteIya, serem kalo untuk hal-hal negatif. :)
Deleteteringat dengan kakekk saya waktu itu ketika mau membeli sebuah handuk di sebuah pasar di daerah saya Magelang,waktu itu harganya hanya RP 25.000 namun apa yang terjadi ternyata uang yang kakek saya berikan adalah Rp600.000 ,beliau sadar ketika mau membeli sesuatu tiba-tiba dikantongnya sudah kosong,terus kakek saya kembali lagi menuju si penjual handuk tadi,tapi betapa malangnya penjual tadi sudah melarikan diri,
ReplyDeletelike, cuma sarung2ya itu, mengingatkan saya pada suatu malam :)
ReplyDeleteJadi ingin dihipnotis...
ReplyDeletemas, jadi penasaran nih saya. kok sampeyan bisa kenal sama mas sulak itu piye? apa tetangga ya? soalnya saya penggemar beliau.
ReplyDelete