Telagha
(1)
baru saja kulukis senja yang sunyi
di tepi wajahmu yang tempias,
jemariku penuh warna keemasan
isyarat waktu yang kini terkulai
(2)
telah lama kuingin memandang senja dalam kanvas
serta tubuhmu yang menadah cahaya dari langit
rinai-rinai hujan dalam bola mata yang sendu
menjagakan sore yang likat
(3)
ladang-ladang menjulurkan tangannya ke angkasa
langit pucat menyambit
langkah-langkah doa berayun dari kaki-kaki petani
menembus kabut, angslup dalam cahaya redup
(4)
kini, perjalananku telah sampai di dagumu
cahaya-cahaya itu mulai pias
dan kutemukan dirimu terbaring sendiri
dalam gelap
dalam gamang
doa-doa mulai samar
(5)
hingga tubuhmu hanya hidup dalam kepalaku!
(guluk-guluk, 2009)
baru saja kulukis senja yang sunyi
di tepi wajahmu yang tempias,
jemariku penuh warna keemasan
isyarat waktu yang kini terkulai
(2)
telah lama kuingin memandang senja dalam kanvas
serta tubuhmu yang menadah cahaya dari langit
rinai-rinai hujan dalam bola mata yang sendu
menjagakan sore yang likat
(3)
ladang-ladang menjulurkan tangannya ke angkasa
langit pucat menyambit
langkah-langkah doa berayun dari kaki-kaki petani
menembus kabut, angslup dalam cahaya redup
(4)
kini, perjalananku telah sampai di dagumu
cahaya-cahaya itu mulai pias
dan kutemukan dirimu terbaring sendiri
dalam gelap
dalam gamang
doa-doa mulai samar
(5)
hingga tubuhmu hanya hidup dalam kepalaku!
(guluk-guluk, 2009)
0 Response to "Telagha"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.