Ia kutemukan dalam hujan!
Air,
Ya, kisah itu mengalir dalam renyai hujan, dalam aroma gigil batinku! Aku yang tak sempat membaca musim tiba-tiba tergeragap, apa yang mesti kuperbuat. Setiap kenangan adalah jarum-jarum air pada hujan yang panjang. Tanah dan pepohonan rentang tangannya, mengundangmu kembali. Kehadirannya melempar kenyataan hari ini pada masa lalu. Aku yang kini mematung di atas gundukan batu bagai membungkuk takzim pada waktu yang maraton, tak dalam hitungan detik sekalipun.
Hujan mengalir di dadaku! Sungai-sungai dalam tubuhku menadahnya. Dan aku mulai membenci terang. Aku ingin hujan selamanya. Banjir, banjir, banjir!
Hanyutkan aku! Lempar tubuhku!
Dan jadikan aku sungai-sungai yang memburumu!
Lengkong, 2009
Ya, kisah itu mengalir dalam renyai hujan, dalam aroma gigil batinku! Aku yang tak sempat membaca musim tiba-tiba tergeragap, apa yang mesti kuperbuat. Setiap kenangan adalah jarum-jarum air pada hujan yang panjang. Tanah dan pepohonan rentang tangannya, mengundangmu kembali. Kehadirannya melempar kenyataan hari ini pada masa lalu. Aku yang kini mematung di atas gundukan batu bagai membungkuk takzim pada waktu yang maraton, tak dalam hitungan detik sekalipun.
Hujan mengalir di dadaku! Sungai-sungai dalam tubuhku menadahnya. Dan aku mulai membenci terang. Aku ingin hujan selamanya. Banjir, banjir, banjir!
Hanyutkan aku! Lempar tubuhku!
Dan jadikan aku sungai-sungai yang memburumu!
Lengkong, 2009
0 Response to "Ia kutemukan dalam hujan!"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.