-->

Menunggu

“Menunggu memang membosankan”
Kalimat yang begitu sering terdengar sehingga menjadi lapuk di gendang telinga. Akibatnya, kata-kata menjadi seakan tidak berarti sama sekali. Seperti khotbah yang diulang-ulang, membosankan, menyebalkan....
Mengapa kata-kata itu jadi membosankan? Diluar kebiasaan diulang-ulang, tentulah kata-kata itu memang tidak mengandung banyak arti. Dalam bahasa sastra, bukan kalimat bersayap atau majaz. Yang diterima pembaca, ya, hanya itu saja. Tidak ada kemungkinan tafsir lain. Tafsir yang multi memungkinkan pembaca selalu mengail pencerahan dari makna yang terkandung didalamnya.
Adalah lukisan Leonardo Da Vinci yang terkenal di seantero dunia itu. Dalam salah satu kisahnya, seorang penulis esai pernah membeber pengalamannya mengenai lukisan master peace sang maestro. Beberapa kali sang esais mengunjungi lukisan tersebut, yang saat ini berada di moseum lovre, Italia, selalu membawa cerita-cerita lain ketika pulang dari sana. Menurut pengakuannya, lukisan Da Vinci memiliki banyak sisi untuk dinikmati. Kemisteriusan “Monalisa”--judul lukisan itu--membuatnya kaya akan teka-teki. Tentulah tak dapat dielak, novel karya Dan Brown yang datang belakangan kian menambah kemolekan misteri Monalisa.
Lukisan Da Vinci tersebut telah banyak dikunjungi orang dari berbagai kalangan, dari berbagai negara. Mereka ingin menikmati bagaimana sebuah lukisan berbicara tentang dirinya yang penuh misteri, walaupun mereka paham bahwa sampai kapan pun misteri itu akan terus lestari. Namun, orang-orang akan terus mencari dan mencari, seperti apakah ia yang sebenarnya. Kian banyak data yang disampaikan orang, kian banyak pula pertanyaan yang harus dijawab. Makin bejibun pula orang penasaran. Novel The Da Vinci Code-nya Dan Brown yang terbit beberapa tahun lalu adalah salah satu yang membuat gerbang rasa penasaran orang kian lebar. Apalagi, ketika Brown menulis tentangnya dengan sisi kontroversi yang sangat kentara sehingga memerahkan telinga penganut salah satu agama. Adanya novel tersebut berkontribusi banyak terhadap rasa penasaran pembacanya, terutama yang belum pernah singgah di ikon negara seni dunia tersebut.
Apa yang menyebabkan Monalisa tidak membosankan bagi tiap orang yang mengunjunginya? Mungkin kita akan menjawab, karena ia indah. Jika ditanya lagi, mengapa ia indah? Karena dilukis oleh pelukis yang punya pengalaman. Mengapa tidak semua pelukis yang punya pengalaman hasil lukisannya bisa disebut indah? Karena tidak sesuai dengan selera penikmat lukisan. Apakah seorang pelukis harus didikte oleh penikmat lukisannya? Pertanyaan makin panjang dan makin sulit untuk dijawab bagi mereka yang hanya menjadi penikmat seperti saya.

0 Response to "Menunggu"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel