Ke Pasean yang Menegangkan
Bagi saya, berkunjung ke desa Pasean, Pamekasan, menjadi kenangan yang menarik dan menantang. Menantangnya karena selama diperjalanan saya disuguhkan oleh suasana baru yang tak pernah saya temui sebelumnya. Dari Guluk-Guluk, tempat saya berdiam, saya dan teman-teman berangkat jam 13:15 WIB Kamis sore, 19 Januari 2009, dan sampai ditujuan setelah adzan Isya. Kami mengambil jalan ke arah barat karena kondisinya lebih baik ketimbang langsung ke arah utara. Kami berangkat mengendarai mobil pick-up dengan harapan bisa melihat lebih jauh suasana sebagian daerah di Madura yang kami lewati nantinya. Acara ini merupakan serangkaian program yang diselenggarakan oleh Sanggar Basmalah PPA. Lubangsa Selatan, Guluk-Guluk Sumenep. Acara kali ini memang memiliki spirit bagaimana mendekatkan anggota sanggar dengan alam.
Di sepanjang perjalanan saya dirasuki kekhawatiran yang menggebu-gebu. Penyebabnya adalah karena muatan mobil terlalu sesak dan kecepatannya yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Ditambah lagi jalan yang dilalui berkelok-kelok, tanjakan, jurang curam, dan kendaraan yang banyak berseliweran. Saya memang baru kali ini merasakan kekhawatiran yang sangat. Kekhawatiran itu pun ditambah dengan otot-otok di paha bagian tubuh lain saya yang nyeri bukan main karena dihimpit oleh teman-teman yang berdiri di kanan kiri.
Kekhawatiran saya itu mungkin tidak dialami oleh sang sopir yang tetap asyik mengemudi dengan kecepatan seperti diburu setan. Parahnya, kecepatan tinggi itu sangat tidak mengenakkan ketika mobil berjumpa dengan tikungan tajam. Otomatis tubuh kami yang sudah berhimpitan menjadi penyok karena menahan tarikan mobil ke samping yang diakibatkan oleh tikungan itu. Padahal tikungan-tikungan tajam tidak hanya satu. Di beberapa tempat bahkan ada tikungan tajam yang disambut turunan curam. Maka, sempurnalah kengerian dan kesakitan kami.
Jalan-jalan yang berkelok dan penuh tanjakan itu membentang antara kecamatan Waru, Pamekasan sampai di jalan utama pantai utara, yaitu di kecamatan Pasean. Akses jalan ke utara itu memang tergolong jalan desa yang memerlukan kehati-hatian untuk melewatinya.
Namun, ditengah perasaan khawatir dan deg-degan takut terguling dan lain semacamnya, kami disuguhi oleh pemandangan gratis. Sepanjang jalan ke utara saya melihat gunung-gunung yang menjulang tinggi dan pohon-pohon yang berdaun rindang. Gunung-gunung itu memagari jalan yang kami lalui. Perjalanan ini memang seperti membelah gunung.
Perjalan ini menegangkan dan indah!
mantaap ne jalan-jalan
ReplyDeleteikut donk
Ayuk kalo mau ikut... hehehe....
ReplyDelete