Kau Bukan Nabi
Apa yang dapat dibayangkan dari masa depanmu?
Tidak ada! Kau lahir dan tumbuh besar tanpa meliaht dirimu akan menjadi apa! Kau kini sudah besar dan tidak juga berfikir apa yang ingin kau sumbangkan pada duniamu. Dunia yang kian hari makin brengsek ini. Kau tidak memiliki pikiran-pikiran besar, juga tidak ambisius terhadap sesuatu yang dikerumuni banyak orang. Kau sering bertahan dengan kata-kata agungmu: apa artinya ini semua? Ahai, kau tampak seperti seorang Nabi jika mengatakan begitu. Ataukah kau memang ingin menjadi Nabi? Tapi kau tidak diwahyukan kitab suci. Kau juga tidak banyak pengikut. Penampilanmu biasa-biasa saja. Kau tidak berjenggot tebal. Mukamu bahkan sering hambar, tidak pernah terlihat optimistis sebagimana dalam iklan shampoo. Yah, kamu boleh mencelaku dengan kata-kata, “untuk menjadi seorang Nabi tak perlu menjadi aktor iklan shampoo”. Oya, aku lupa, Nabi tidak suka memperlihatkan kemewahan kepada pengikutnya. Tapi apa niatmu juga seperti mereka? Atau kesederhanaan dalam hidupmu hanya karena kau memang betul-betul melarat? Ah, terserah kaulah. Tidak penting bagiku kau menjawabnya. Aku bahkan tidak peduli jika kau dengan suka rela menjawabnya. Jawab-tidak jawab sama saja. Aku sudah bosan dengan jawaban. Ah, tidak! Bukan jawaban, tapi mulut. Ya, aku benci mulut. Benda yang satu ini memang aneh dan bikin hidup menjadi kacau. Kejujuran hati seringkali dibelokkan menjadi kebohongan olehnya.
Tapi, bagaimana jika tidak ada mulut? Coba bayangkan. Mulutmu yang jelek itu tidak pernah berbunyi atau bahkan hilang dari cangkang kepalamu? Coba rasakan!
Ah, rasanya tidak apa-apa. Buktinya, banyak yang tidak bisa ngomong di dunia ini namun mereka tetap bisa menjalani hidup dengan damai dan indah. Bahkan mereka lebih merasa indah dari yang punya mulut seperti kau. Aha, bagaimana jika mulut benar-benar tidak ada? Mungkin hanya pada awalnya kau merasa tidak nyaman. Lama kelamaan akan terbiasa dan kau juga akan menikmatinya seperti mereka yang sering kau temui di gorong-gorong, di jalan raya, di TPA. Selamat malam!!
Tidak ada! Kau lahir dan tumbuh besar tanpa meliaht dirimu akan menjadi apa! Kau kini sudah besar dan tidak juga berfikir apa yang ingin kau sumbangkan pada duniamu. Dunia yang kian hari makin brengsek ini. Kau tidak memiliki pikiran-pikiran besar, juga tidak ambisius terhadap sesuatu yang dikerumuni banyak orang. Kau sering bertahan dengan kata-kata agungmu: apa artinya ini semua? Ahai, kau tampak seperti seorang Nabi jika mengatakan begitu. Ataukah kau memang ingin menjadi Nabi? Tapi kau tidak diwahyukan kitab suci. Kau juga tidak banyak pengikut. Penampilanmu biasa-biasa saja. Kau tidak berjenggot tebal. Mukamu bahkan sering hambar, tidak pernah terlihat optimistis sebagimana dalam iklan shampoo. Yah, kamu boleh mencelaku dengan kata-kata, “untuk menjadi seorang Nabi tak perlu menjadi aktor iklan shampoo”. Oya, aku lupa, Nabi tidak suka memperlihatkan kemewahan kepada pengikutnya. Tapi apa niatmu juga seperti mereka? Atau kesederhanaan dalam hidupmu hanya karena kau memang betul-betul melarat? Ah, terserah kaulah. Tidak penting bagiku kau menjawabnya. Aku bahkan tidak peduli jika kau dengan suka rela menjawabnya. Jawab-tidak jawab sama saja. Aku sudah bosan dengan jawaban. Ah, tidak! Bukan jawaban, tapi mulut. Ya, aku benci mulut. Benda yang satu ini memang aneh dan bikin hidup menjadi kacau. Kejujuran hati seringkali dibelokkan menjadi kebohongan olehnya.
Tapi, bagaimana jika tidak ada mulut? Coba bayangkan. Mulutmu yang jelek itu tidak pernah berbunyi atau bahkan hilang dari cangkang kepalamu? Coba rasakan!
Ah, rasanya tidak apa-apa. Buktinya, banyak yang tidak bisa ngomong di dunia ini namun mereka tetap bisa menjalani hidup dengan damai dan indah. Bahkan mereka lebih merasa indah dari yang punya mulut seperti kau. Aha, bagaimana jika mulut benar-benar tidak ada? Mungkin hanya pada awalnya kau merasa tidak nyaman. Lama kelamaan akan terbiasa dan kau juga akan menikmatinya seperti mereka yang sering kau temui di gorong-gorong, di jalan raya, di TPA. Selamat malam!!
0 Response to "Kau Bukan Nabi"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.