Sebelum BBM Naik, Dongkol Sudah Lebih Dulu Naik
BBM memang belum naik, tapi tensi kemarahan sudah membubung
tinggi. Itu wajar, karena untuk marah kita tidak perlu menunggu keputusan
presiden. Beda dengan kenaikan harga BBM yang harus melewati beberapa tahapan,
mulai dari pengguliran isu hingga eksekusinya.
Sebagai orang kampung, saya sebenarnya tidak mau ikut campur
soal kenaikan harga BBM ini. Mau ikut campur toh juga tak akan mengubah
keadaan. Ikut atau tidak ikut dalam hiruk-pikunya sama saja. Tapi, saya
putuskan untuk ikut campur saja, dari pada diam. Kan sekarang jamannya
ramai-ramai. Terutama di media sosial. Kalau nggak ramai nggak gaul.
Hal pertama yang dirasakan orang kampung terkait kenaikan
harga BBM adalah melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok. Kita semua tahu hal
itu. Presiden Jokowi juga tahu. Jadi tidak perlu ditanyakan kepada rumput yang
bergoyang.
Kenaikan harga kebutuhan pokok itu tentu saja makin
menyulitkan kehidupan orang-orang kampung seperti saya. Tapi itu bukan hal yang
besar. Dari dulu orang kampung rata-rata memang hidup melarat. Sudah kodratnya
mereka hidup seperti itu. Memang mereka suka menyumpah-serapahi pemerintah,
tapi tentu tak ada gunanya. Pemerintah sudah kebal. Pada akhirnya, sumpah-serapah
seperti itu dimuntahkan sekadar melegakan pikiran dari rasa gondok. Jadi,
mereka mengumpat bukan berniat mengutuk pemeritah, melainkan untuk
bersenang-senang saja.
Harga bensin naik, otomatis membuat orang kampung harus merogoh
kocek cukup dalam, bahkan sampai mentok. Mentok itu isyarat mereka harus gali
lubang tutup lubang. Tapi ini pribahasa yang konyol. Orang gali lubang tutup
lubang itu pasti sedikit gila. Sudah susah-susah gali lubang, malah ditutup
kembali. Digali lagi. Nggak ada kerjaan banget.
Saat bensin naik, orang kota masih bisa pindah ke
transportasi massal. Bis dan angkot banyak bertebaran. Lha, orang kampung? Mau pindah
ke apa? Kuda? Beli kuda juga mahal. Mau miara onta, nggak cocok iklimnya. Mau naik kambing nanti diprotes
Komnas HAM. Pokoknya susah. Tambah susah saat jalan yang mereka lewati belum
diaspal seperti jalan di selatan rumah saya. Kalau saya sedang naik motor di
situ, saya merasa seperti sedang touring
di planet Pluto.
@rozijaddung
0 Response to "Sebelum BBM Naik, Dongkol Sudah Lebih Dulu Naik"
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.