-->

Tulisan Komedi: Takdir atau Ada Tekniknya?


Semua orang hampir pasti suka kepada hal-hal lucu, tetapi tak semua orang bisa melucu. Hanya mereka yang dikaruniai bakat melucu saja yang bisa. Dan mereka itu sungguh sedikit di muka bumi ini. Yang banyak adalah orang yang ingin melucu, tetapi yang ditertawakan orang-orang malah usahanya untuk melucu.

Di sejumlah saluran televisi, kita disuguhi berbagai acara yang diproyeksikan untuk mengundang tawa pemiarsanya. Namun, nyatanya tak banyak yang berhasil. Acara-acara tersebut malah berisi celaan-celaan fisik yang dipaksa menjadi humor. Anehnya, yang dicela malah senang. Terhadap reaksi itu kita boleh berprasangka, yang dicela dan yang mencela adalah lulusan RSJ. Di rumah sakit ini, toh tak ada yang merasa dilecehkan atau melecehkan.

Dalam dunia tulis-menulis di Indonesia, jumlah penulis komedi nyaris seujung kuku dibandingkan jumlah penulis dengan genre lainnya. Bila dihitung dengan jari, jumlahnya tak sampai menghabiskan jari kaki. Tentu, yang saya hitung di sini adalah mereka yang sudah punya nama. Kalau tak punya, berarti dia belum genap tujuh hari berada di muka bumi. Eh, maksud saya, mereka yang sudah punya reputasi bagus dalam dunia tulis-menulis.

Jumlah yang sebesar upil tersebut tentu saja hanya sangkaan saya. Anda bisa menambahkannya sesuai pengetahuan Anda sendiri. Hasil yang di atas hanya sesuai dengan apa yang saya ketahui. Dan pengetahuan saya sungguh seupil. Nah, lho….

Di antara yang seupil itu, ada nama AS. Laksana yang, bagi saya, sangat bagus dalam memainkan unsur humor dalam esai-esainya. Maka, pada saat berkunjung ke PP. Annuqayah pada Selasa, 16 April 2013, saya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya. Sehabis mengisi acara seminar, saya langsung datang kepadanya sekalian foto bersama.

“Saya membaca banyak tulisan sampean. Tulisan-tulisan tersebut kental dengan nuansa humor. Apakah ada tekniknya?” tanya saya.
“Ada,” jawab Mas Sulak.
“Bagaimana caranya, Mas?”
“Banyak latihan. Komedi itu bisa dilatih.”
“Jangan-jangan itu adalah takdir.”
“Takdir kan bisa diubah?”
“Ada nggak buku yang bisa bisa membantu memperdalam teknik tersebut?”
“Kalau di luar negeri ada. Di Indonesia nggak ada.”
“Kalau tulisan Mahbub Djunaidi, Mas?
“Wah, sangat lucu sekali dia.”

Tentu saja dialog tersebut tak persis sama. Saya tulis hanya berdasar ingatan dan inti dari apa yang disampaikan Mas Sulak.

Terhadap jawaban itu, saya masih memiliki banyak pertanyaan lanjutan, namun saya simpan karena sore sudah beranjak pergi dan Mas Sulak akan segera ke dhalem K. Faizi.

Hingga Mas Sulak pergi dari PP. Annuqayah keesokan harinya, saya belum mendapatkan jawaban yang memuaskan ihwal tulisan-tulisan bernuansa komedi. Semoga nanti saya bisa menanyakannya lebih lanjut.

[sumber foto: http://shw.akmal-mr.fotopages.com]

0 Response to "Tulisan Komedi: Takdir atau Ada Tekniknya?"

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel