Buku Bagi Saya
dua buku yang saya buru dari dulu
Ahad, 29 Januari 2012, saya membeli dua buku kumpulan cerpen. Judulnya, “Bidadari yang Mengembara” (A.S. Laksana) dan “Kuda Terbang Maria Pinto” (Linda Christanty). Dua buku tersebut sudah lama saya cari karena sama-sama memiliki prestasi yang tinggi dalam ranah prosa tanah air.
Sebagai orang kampung di pinggiran Sumenep, Madura, buku bagi saya adalah sesuatu yang sangat istimewa. Kita sudah mafhum bahwa kampung nan pelosok selalu terpinggirkan dalam banyak hal, apalagi soal buku. Jadi, akses yang sulit saya kira menjadi nilai tersendiri bahwa untuk memperolehnya kita harus berjuang lebih keras. Nah, di situlah kiranya nilai istimewa itu berdiam.
Saya termasuk orang yang beruntung karena diberi kesempatan oleh-Nya untuk mengenal buku lebih jauh. Saya mondok di sebuah pesantren yang jalan mengakses buku sudah lumayan lempang. Perpustakaan berdiri di beberapa lembaga yang menjadi bagian dari pondok saya. Walaupun koleksinya kebanyakan sudah jadul.
Saya tidak bisa membayangkan ketika harus mendekam di kampung yang jauh dari keramaian. Buku-buku yang saya baca di sekolah dulu hanya buku mata pelajaran kiriman Diknas. Buku-buku tersebut tak menarik sama sekali karena saya tidak mengerti apa yang ada di dalamnya. Maklumlah, materi di dalamnya memang bukan untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI setara SD), tapi Madrasah Tsanawiyah (MTs setara SMP), sementara saya masih MI ketika itu.
Saya masih ingat ketika teman-teman mencuri buku modul berbagai mata pelajaran hanya untuk membuat mercon demi memeriahkan malam takbiran. Mereka mudah saja mencuri karena tak ada petugas yang mengurusi. Ketika suatu hari saya berkunjung ke sana setelah lama berhenti sekolah, saya tak lagi melihat buku-buku tersebut terpajang di rak perpustakaan. Katanya, semua raib entah kemana. Mungkin bernasib mengenaskan seperti para pendahulunya: menjadi mercon.
Soal perhatian terhadap buku memang menjadi masalah tersendiri bagi orang-orang di kampung saya. Wajar saja, karena mereka memang tidak dibesarkan dalam kultur melek literasi. Mereka lebih suka menonton televisi. Jadi, aksi mencuri buku untuk bahan membuat mercon adalah efek dari ketiadaan rasa hormat terhadap bahan bacaan. Mereka tidak memiliki keinginan menimba ilmu dari sana karena memang tidak tahu seluk-beluk tentang buku. Untuk yang terakhir, saya kira akar masalah ada pada lembaga pendidikan. Pendidikan di kampung saya belum memiliki visi yang tepat menciptakan generasi pecinta buku.
Setelah hijrah dan mengenyam pendidikan di pondok pesantren, lambat-laun saya mengerti kegunaan membaca. Buku-buku di perpustakaan coba saya telusuri meski sampai saat ini saya bukanlah pembaca yang taat. Namun, meski sedikit buku yang saya baca, setidaknya saya sudah memiliki rasa hormat kepada buku, sehingga saya tidak punya keinginan untuk menjadikannya mercon.
Dan berkat pengalaman membaca pula, saya menjadi tahu tentang kualitas dua buku yang saya sebut di awal tulisan ini. Kedua-duanya memperoleh penghargaan. Saya kira itu sudah cukup untuk membangun kesimpulan awal bahwa saya harus memburunya. Buku itu sudah lama terbit, yaitu tahun 2004. Dan saya baru bisa menikmatinya setelah delapan tahun berlalu.
Apa boleh buat, saya lebih suka hadiah buku ketimbang ucapan “I Love You”.
PS: bagi teman-teman yang berminat ngirim buku, silahkan kontak saya. Beneran tak akan ditolak. (Lho, kok tulisan ini malah berakhir minta-minta?) :-D
Madura, 31 Januari 2012
I love you... *eh*
ReplyDeleteKalau aku sih gak suka nonton tivi.
Tapi baca buku pun, jarang-jarang, hueeee...
Mana bukunya, Una? ^^
DeleteNang gramedia akeh mas...
DeleteHmm...juga. :-)
ReplyDeletehehe...Aku Cinta Buku tapi bacanya gak taat juga :D
ReplyDeleteada sih beberapa yang jadi buruan saya, sampai sekarang belum dapat tuh, meski jogya gudangnya penerbit tapi sayang buruan saya gak ada di kota ini..
Cinta yang bertepuk sebelah tangan. Hihihi....
DeleteBuku apa saja, Mas? Padahal di Jogja kan gudangnya buku? :-)
numpang lewat ya om...
ReplyDeleteSilahkan. Hati-hati ya? :-)
Deleteketemu sama blogger yang hobby baca buku lagi... :)
ReplyDeletesalam kenal ya bang rosi...
salam kenal dari surabaya
Salam kenal balik, Mas Widhi. Saya dari Madura.:-)
Deletebuku adalah jendela ilmu....salam kenal ya mas...:)
ReplyDeleteBetul sekali. Salam kenal balik buat Anda.
Deletepantusan bukuku gak di balikin juga, ma kamu, Roz!
ReplyDelete