Pengertian, Unsur-Unsur, dan Kaidah Kebahasaan Debat
Pengertian, Unsur-Unsur, dan Kaidah Kebahasaan Debat | Kali ini kita akan membicarakan tentang Pengertian, Unsur-Unsur, dan Kaidah
Kebahasaan Debat. Beberapa pengertian di sini diambil dari sejumlah
referensi. Semoga penjelasan dalam artikel ini bermanfaat untuk Anda.
Pengertian Debat
Debat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Kegiatan debat biasanya melibatkan beberapa tim. Satu tim biasanya berperan sebagai tim “afirmatif” atau pihak yang menentang, sementara tim lainnya sebagai tim netral atau pihak yang berada di tengah-tengah, yakni mendukung dan tidak menentang. Tim yang setuju dengan topik disebut tim afirmatif, sedangkan tim yang tidak setuju dengan topik disebut tim negatif. Tim yang tidak memihak disebut tim netral.
Dalam debat terdapat beberapa bagian, seperti isu, argumen, sudut pandang, dan bagian simpulan. Isu merupakan permasalahan yang diperdebatkan. Argumen merupakan alasan-alasan yang mendukung pendapat atas permasalahan itu. Sudut pandang merupakan cara pandang dari sudur mana permasalahan itu dilihat. Simpulan merupakan suatu rumusan pendapat dari tim debat.
Lazimnya dalam perdebatan, argumen itu didasarkan atas himpunan fakta-fakta, data, teori, regulasi, norma, dan sebagainya. Semakin banyak fakta yang bisa dihimpun disertai data yang akurat dan dilengkapi teori, regulasi, norma yang relefan akan semakin kuat dasar argumen sehingga pendapat yang disampikan sulit dibantah. Debat pada hakikatnya adalah adu argumentasi atau mengadu gagasan bukan adu fisik juga bukan adu mulut untuk menjatuhkan lawan dengan menyinggung latar belakang pribadi/personal. Setelah mengkaji persoalan dari sudut pandang tertentu berdasarkan argumen yang dibangun, akhirnya sampailah pada satu rumusan pendapat yang disebut simpulan.
Isu, argumentasi, dan simpulan itu merupakan komponen yang membangun teks debat.
Baca Juga: Pengertian, Struktur, dan Ciri Kebahasaan Teks Biografi
Unsur-Unsur Debat
Debat dapat terwujud apabila unsur-unsurnya terpenuhi. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. mosi
2. tim afirmasi
3. tim oposisi
4. tim netral
5. penonton/juri yang dipanggil
6. moderator
7. penulis
Mosi dalam debat sama dengan topik dalam sebuah teks. Mosi menjadi dasar bagi pihak-pihak yang terlibat debat untuk menentukan sikap apakah mendukung atau menolak mosi. Berdasarkan mosi, semua pihak dapat menyiapkan argumen untuk mendukung untuk mendukung pendapatnya tentang mosi.
Pada saat pembukaan debat, moderator bisa menyampaikan mosi yang didebatkan. Perhatikan contoh kutipan bagian pembuka debat berikut ini.
…
Siang ini kita akan mengikuti kegiatan debat antara Tim Afirmasi dari SMA Pembangunan Jaya, Tim Oposisi dari SMK Nusantara, serta Tim Netral dari MA Al-Ikhlas.
Pagi ini kedua tim akan berdebat tentang “Bahasa Indonesia Tergantung pada Bahasa Asing.” Sebelum melaksanakan debat, saya akan membacakan tata tertib debat sebagai berikut.
Mosi dalam kutipan debat di atas adalah bahasa Indonesia tergantung pada bahasa asing.
Selain disampaikan oleh moderator, tak jarang anggota tim yang berdebat juga secara tersirat menyatakan opsi yang didebatkan. Perhatikan contoh kutipan teks debat berikut ini.
Saya tidak setuju jika kosakata bahasa asing yang masuk ke dalam penggunaan bahasa Indonesia terjadi karena ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa. Kosakata bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai persamaaan kata yang bagi sebagian orang lebih mudah dipahami. Namun, pada intinya dalam bahasa Indonesia itu sendiri, telah ada kosakata yang berkaitan dengan kosakata asing tersebut.
Dari kalimat pertama kutipan teks debat di atas dapat diketahui bahwa isu atau masalah yang didebatkan (mosi) adalah penerapan kosakata bahasa asing ke dalam penggunaan bahasa Indonesia disebabkan ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa.
Menyusun Argumen Debat yang Baik
Sebelum mempertahankan pendapat tentang suatu isu atau permasalahan, hal pertama yang harus dimiliki seseorang adalah memahami isu atau permasalahan dengan baik. Untuk itu, pihak-pihak yang akan melakukan debat harus banyak mencari informasi dari berbagai sumber. Misalnya, dengan membaca berita, menyimak berita dari radio dan televisi, atau menggali informasi dari narasumber yang memahami isu atau permasalahan dengan baik.
Berikut ini adalah contoh pendapat atau argumen dalam debat.
Menurut saya, tawuran antarpelajar tidak saja terjadi karena karakter anak-anak yang cenderung brutal. Lebih dari itu, tawuran terjadi karena anak-anak mendapat teladan yang kurang baik dari para pemimpin bangsa yang sibuk saling berebut kekuasaan dan saling menghujat. Telvisi dan internet pun dengan bebas menyajikan berbagai aksi brutal yang membuat anak-anak tergoda untuk meniru.
Dalam kutipan tersebut pembicara menyampaikan pendapatnya bahwa tawuran antarpelajar terjadi tidak saja karena karakter anak-anak yang cenderung brutal. Alasan argumen yang disampaikan adalah sebagai berikut.
1. Lebih dari itu, tawuran terjadi karena anak-anak mendapat teladan yang kurang baik dari para pemimpin bangsa yang sibuk saling berebut kekuasaan dan saling menghujat.
2. Telvisi dan internet pun dengan bebas menyajikan berbagai aksi brutal yang membuat anak-anak tergoda untuk meniru.
Baca Juga: Pengertian, Bentuk, Struktur, dan Unsur Kebahasaan Karya Ilmiah
Menyimpulkan Hasil Debat
Tahapan terakhir yang harus dilakukan oleh pihak yang berdebat, baik tim afirmasi maupun tim oposisi adalam menyampaikan simpulan. Simpulan tersebut dirumuskan berdasarkan pendapat dan argumen yang telah disampaikan sebelumnya. Simpulan dapat juga disebut sebagai hasil dari pembicaraan.
Karena simpulan dalam debat disusun berdasarkan pendapat dan argumen yang telah disampaikan sebelumnya, penalaran yang digunakan dalam menyusun simpulan debat termasuk dalam penalaran induktif. Ada tiga cara untuk menarik kesimpulan dengan penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi, dan sebab akibat.
1. Generalisasi
Penarikan kesimpulan dengan cara generalisasi berpangkal pada pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus, fenomena-fenomena khusus kemudian ditarik pernyataan yang bersifat general (umum). Perhatikan contoh berikut ini.
Pernyataan Khusus:
1. Bahasa Indonesia menyerap kosakata dari bahasa Arab terutama yang berkaitan dengan masalah agama, terutama agama Islam.
2. Contoh kosakata hasil penyerapan bahasa Arab adalah musyawarah, hak, alat, dan taubat.
3. Bahasa Indonesia juga menyerap kosakata dan istilah bidang teknologi dari Jepang, Jerman, Korea, dan negara lainnya.
4. Kosakata dan istilah teknologi hasil penyerapan dari negara-negara tersebut antara lain komputer, gadget, televisi, internet, dan astronot.
5. Tak hanya itu, bahasa Indonesia juga menyerap kata dan istilah sekaligus budaya dari negara lain.
6. Contoh kosakata hasil penyerapan terakhir antara lain karate, dansa, bakso, mie, dan kimono.
Simpulan
Bahasa Indonesia menyerap kosakata dan istilah dari bahasa asing untuk memperkaya perbendaharaan kosakata.
2. Analogi
Analogi merupakan proses penarikan simpulan yang didasarkan atas perbandingan dua hal yang berbeda. Akan tetapi, karena mempunyai kesamaan segi, fungsi, atau ciri, kemudian keduanya dibandingkan (disamakan). Kesamaan keduanya inilah yang menjadi dasar penarikan simpulan.
Perhatikan contoh berikut ini.
Pembanding I:
Orangtua mendidik kita di rumah dengan penuh kasih sayang. Mereka mengajari kita banyak hal. Tak jarang kita dimarahi ketika kita nakal dan tidak mematuhi nasihat mereka.
Hal yang dibandingkan 2:
Di sekolah, para guru juga mendidik kita dengan penuh kasih sayang. Guru-guru mengajari kita berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, bahkan juga memberikan teladan akhlak yang baik. Demi menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab, para guru acapkali memberikan hukuman pada kita.
Simpulan:
Jadi, dapat dikatakan bahwa para guru adalah orangtua kita di sekolah.
Berdasarkan contoh penarikan simpulan secara analogi di atas dapat diketahui bahwa rumusan simpulan dalam analogi adalah analogi ^ hal yang dibandingkan ^ kesamaan kedua hal yang diperbandingkan.
3. Sebab-Akibat
Penarikan simpulan secara induktif berikutnya adalah sebab-akibat. Dalam pola penalaran ini, sebab bisa menjadi gagasan utamanya, sedangkan akibat menjadi gagasan penjelasnya. Namun, dapat juga terjadi sebaliknya. Beberapa sebab dapat menjadi gagasan penjelas sedangkan akibat menjadi gagasan utamanya. Dalam debat, penarikan simpulan dilakukan setelah pernyataan pendapat dan argumen disampaikan lebih dulu maka pola yang kedua lebih tepat. Oleh karena itu, akibat menjadi gagasan utama, sedangkan sebab-sebabnya menjadi gagasan penjelas yang disampaikan lebih dulu.
Perhatikan contoh berikut ini.
Sebab-sebab
1. Konsep drainase saat ini yang diterapkan di seluruh pelosok tanah air saat ini untuk mencegah banjir.
2. Konsep yang dipakai adalah konsep drainase konvensional, yaitu drainase “pengaturan kawasan”.
3. Drainase konvensional adalah upaya membuang atau mengalirkan air berlebihan secepat-cepatnya ke sungai terdekat.
4. Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jaruh ke atau suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut.
5. Orang sama sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi di bagian hilir, jika semua air hujan dialirkan secepat-cepatnya ke sungai tanpa diupayakan agar air mempunyai waktu cukup untuk meresap ke dalam tanah.
6. Konsep mengalirkan air secepatnya berarti pengaturan kawasan atau menurunkan kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah.
Akibat:
Akibatnya, banyak terjadi kekeringan di mana-mana sebab air tidak diberi kesempatan meresap ke dalam tanah.
Kaidah Kebahasaan Debat
Debat yang dipelajari di sini adalah debat ilmiah, bukan debat kusir seperti yang biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Debat kusir bertujuan untuk mengalahkan pendapat pihak lain seringkali dilakukan tanpa memedulikan kesahihan argumen yang disampaikan.
Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir, baik dalam ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus diperhatikan.
Berikut ini adalah ciri ragam bahasa ilmiah.
1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan mapun tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistematis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata (diksi) dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif.
3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif).
Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan sebagai ragam yang dapat diterima dan berfungsi sebagai model untuk suatu masyarakat. Jadi, ada tiga aspek dalam bahasa baku yang saling menyatu yaitu kodifikasi, keberterimaan, dan difungsikan sebagai model.
Selain itu, dalam debat sebaiknya penggunaan kata-kata berbahasa daerah atau asing, baha prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan. Hal ini bertujuan agar terhindar dari ketersinggungan dan mengakibatkan acara debat karena antarpihak tidak saling memahami kata yang digunakan.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
1. Pemerintah seharusnya tidak menutup mata pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
2. Banyak banget siswa jatuh bergelimpangan karena takut gagal dalam Ujian Nasional
Kalimat (1) dan kalimat (2) di atas merupakan contoh kalimat tidak baku. Ketidak bakuan keduanya karena menggunakan frasa bermakna konotatif yaitu frasa menutup mata dan jatuh bergelimpangan. Pada kalimat kedua, ketikdakefisienan kalimatnya juga disebabkan penggunaan kata-kata dari bahasa daerah yaitu kata banget.
Pembenahan kedua kalimat di atas agar menjadi kalimat ragam ilmiah yang baku dapat kamu lihat pada bagian berikut.
1. Pemerintah seharusnya peduli pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
2. Banyak sekali siswa frustrasi karena takut atau gagal dalam Ujian Nasional.
Nah, itulah penjelasan panjang tentang pengertian, unsur-unsur, dan kaidah kebahasaan debat. Mudah mudahan artikel ini bisa menambah wawasan Anda dalam bidang bahasa Indonesia. Terima kasih.
Pengertian Debat
Debat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Kegiatan debat biasanya melibatkan beberapa tim. Satu tim biasanya berperan sebagai tim “afirmatif” atau pihak yang menentang, sementara tim lainnya sebagai tim netral atau pihak yang berada di tengah-tengah, yakni mendukung dan tidak menentang. Tim yang setuju dengan topik disebut tim afirmatif, sedangkan tim yang tidak setuju dengan topik disebut tim negatif. Tim yang tidak memihak disebut tim netral.
Dalam debat terdapat beberapa bagian, seperti isu, argumen, sudut pandang, dan bagian simpulan. Isu merupakan permasalahan yang diperdebatkan. Argumen merupakan alasan-alasan yang mendukung pendapat atas permasalahan itu. Sudut pandang merupakan cara pandang dari sudur mana permasalahan itu dilihat. Simpulan merupakan suatu rumusan pendapat dari tim debat.
Lazimnya dalam perdebatan, argumen itu didasarkan atas himpunan fakta-fakta, data, teori, regulasi, norma, dan sebagainya. Semakin banyak fakta yang bisa dihimpun disertai data yang akurat dan dilengkapi teori, regulasi, norma yang relefan akan semakin kuat dasar argumen sehingga pendapat yang disampikan sulit dibantah. Debat pada hakikatnya adalah adu argumentasi atau mengadu gagasan bukan adu fisik juga bukan adu mulut untuk menjatuhkan lawan dengan menyinggung latar belakang pribadi/personal. Setelah mengkaji persoalan dari sudut pandang tertentu berdasarkan argumen yang dibangun, akhirnya sampailah pada satu rumusan pendapat yang disebut simpulan.
Isu, argumentasi, dan simpulan itu merupakan komponen yang membangun teks debat.
Baca Juga: Pengertian, Struktur, dan Ciri Kebahasaan Teks Biografi
Unsur-Unsur Debat
Debat dapat terwujud apabila unsur-unsurnya terpenuhi. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. mosi
2. tim afirmasi
3. tim oposisi
4. tim netral
5. penonton/juri yang dipanggil
6. moderator
7. penulis
Mosi dalam debat sama dengan topik dalam sebuah teks. Mosi menjadi dasar bagi pihak-pihak yang terlibat debat untuk menentukan sikap apakah mendukung atau menolak mosi. Berdasarkan mosi, semua pihak dapat menyiapkan argumen untuk mendukung untuk mendukung pendapatnya tentang mosi.
Pada saat pembukaan debat, moderator bisa menyampaikan mosi yang didebatkan. Perhatikan contoh kutipan bagian pembuka debat berikut ini.
…
Siang ini kita akan mengikuti kegiatan debat antara Tim Afirmasi dari SMA Pembangunan Jaya, Tim Oposisi dari SMK Nusantara, serta Tim Netral dari MA Al-Ikhlas.
Pagi ini kedua tim akan berdebat tentang “Bahasa Indonesia Tergantung pada Bahasa Asing.” Sebelum melaksanakan debat, saya akan membacakan tata tertib debat sebagai berikut.
Mosi dalam kutipan debat di atas adalah bahasa Indonesia tergantung pada bahasa asing.
Selain disampaikan oleh moderator, tak jarang anggota tim yang berdebat juga secara tersirat menyatakan opsi yang didebatkan. Perhatikan contoh kutipan teks debat berikut ini.
Saya tidak setuju jika kosakata bahasa asing yang masuk ke dalam penggunaan bahasa Indonesia terjadi karena ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa. Kosakata bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai persamaaan kata yang bagi sebagian orang lebih mudah dipahami. Namun, pada intinya dalam bahasa Indonesia itu sendiri, telah ada kosakata yang berkaitan dengan kosakata asing tersebut.
Dari kalimat pertama kutipan teks debat di atas dapat diketahui bahwa isu atau masalah yang didebatkan (mosi) adalah penerapan kosakata bahasa asing ke dalam penggunaan bahasa Indonesia disebabkan ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa.
Menyusun Argumen Debat yang Baik
Sebelum mempertahankan pendapat tentang suatu isu atau permasalahan, hal pertama yang harus dimiliki seseorang adalah memahami isu atau permasalahan dengan baik. Untuk itu, pihak-pihak yang akan melakukan debat harus banyak mencari informasi dari berbagai sumber. Misalnya, dengan membaca berita, menyimak berita dari radio dan televisi, atau menggali informasi dari narasumber yang memahami isu atau permasalahan dengan baik.
Berikut ini adalah contoh pendapat atau argumen dalam debat.
Menurut saya, tawuran antarpelajar tidak saja terjadi karena karakter anak-anak yang cenderung brutal. Lebih dari itu, tawuran terjadi karena anak-anak mendapat teladan yang kurang baik dari para pemimpin bangsa yang sibuk saling berebut kekuasaan dan saling menghujat. Telvisi dan internet pun dengan bebas menyajikan berbagai aksi brutal yang membuat anak-anak tergoda untuk meniru.
Dalam kutipan tersebut pembicara menyampaikan pendapatnya bahwa tawuran antarpelajar terjadi tidak saja karena karakter anak-anak yang cenderung brutal. Alasan argumen yang disampaikan adalah sebagai berikut.
1. Lebih dari itu, tawuran terjadi karena anak-anak mendapat teladan yang kurang baik dari para pemimpin bangsa yang sibuk saling berebut kekuasaan dan saling menghujat.
2. Telvisi dan internet pun dengan bebas menyajikan berbagai aksi brutal yang membuat anak-anak tergoda untuk meniru.
Baca Juga: Pengertian, Bentuk, Struktur, dan Unsur Kebahasaan Karya Ilmiah
Menyimpulkan Hasil Debat
Tahapan terakhir yang harus dilakukan oleh pihak yang berdebat, baik tim afirmasi maupun tim oposisi adalam menyampaikan simpulan. Simpulan tersebut dirumuskan berdasarkan pendapat dan argumen yang telah disampaikan sebelumnya. Simpulan dapat juga disebut sebagai hasil dari pembicaraan.
Karena simpulan dalam debat disusun berdasarkan pendapat dan argumen yang telah disampaikan sebelumnya, penalaran yang digunakan dalam menyusun simpulan debat termasuk dalam penalaran induktif. Ada tiga cara untuk menarik kesimpulan dengan penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi, dan sebab akibat.
1. Generalisasi
Penarikan kesimpulan dengan cara generalisasi berpangkal pada pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus, fenomena-fenomena khusus kemudian ditarik pernyataan yang bersifat general (umum). Perhatikan contoh berikut ini.
Pernyataan Khusus:
1. Bahasa Indonesia menyerap kosakata dari bahasa Arab terutama yang berkaitan dengan masalah agama, terutama agama Islam.
2. Contoh kosakata hasil penyerapan bahasa Arab adalah musyawarah, hak, alat, dan taubat.
3. Bahasa Indonesia juga menyerap kosakata dan istilah bidang teknologi dari Jepang, Jerman, Korea, dan negara lainnya.
4. Kosakata dan istilah teknologi hasil penyerapan dari negara-negara tersebut antara lain komputer, gadget, televisi, internet, dan astronot.
5. Tak hanya itu, bahasa Indonesia juga menyerap kata dan istilah sekaligus budaya dari negara lain.
6. Contoh kosakata hasil penyerapan terakhir antara lain karate, dansa, bakso, mie, dan kimono.
Simpulan
Bahasa Indonesia menyerap kosakata dan istilah dari bahasa asing untuk memperkaya perbendaharaan kosakata.
2. Analogi
Analogi merupakan proses penarikan simpulan yang didasarkan atas perbandingan dua hal yang berbeda. Akan tetapi, karena mempunyai kesamaan segi, fungsi, atau ciri, kemudian keduanya dibandingkan (disamakan). Kesamaan keduanya inilah yang menjadi dasar penarikan simpulan.
Perhatikan contoh berikut ini.
Pembanding I:
Orangtua mendidik kita di rumah dengan penuh kasih sayang. Mereka mengajari kita banyak hal. Tak jarang kita dimarahi ketika kita nakal dan tidak mematuhi nasihat mereka.
Hal yang dibandingkan 2:
Di sekolah, para guru juga mendidik kita dengan penuh kasih sayang. Guru-guru mengajari kita berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, bahkan juga memberikan teladan akhlak yang baik. Demi menanamkan kedisiplinan dan tanggung jawab, para guru acapkali memberikan hukuman pada kita.
Simpulan:
Jadi, dapat dikatakan bahwa para guru adalah orangtua kita di sekolah.
Berdasarkan contoh penarikan simpulan secara analogi di atas dapat diketahui bahwa rumusan simpulan dalam analogi adalah analogi ^ hal yang dibandingkan ^ kesamaan kedua hal yang diperbandingkan.
3. Sebab-Akibat
Penarikan simpulan secara induktif berikutnya adalah sebab-akibat. Dalam pola penalaran ini, sebab bisa menjadi gagasan utamanya, sedangkan akibat menjadi gagasan penjelasnya. Namun, dapat juga terjadi sebaliknya. Beberapa sebab dapat menjadi gagasan penjelas sedangkan akibat menjadi gagasan utamanya. Dalam debat, penarikan simpulan dilakukan setelah pernyataan pendapat dan argumen disampaikan lebih dulu maka pola yang kedua lebih tepat. Oleh karena itu, akibat menjadi gagasan utama, sedangkan sebab-sebabnya menjadi gagasan penjelas yang disampaikan lebih dulu.
Perhatikan contoh berikut ini.
Sebab-sebab
1. Konsep drainase saat ini yang diterapkan di seluruh pelosok tanah air saat ini untuk mencegah banjir.
2. Konsep yang dipakai adalah konsep drainase konvensional, yaitu drainase “pengaturan kawasan”.
3. Drainase konvensional adalah upaya membuang atau mengalirkan air berlebihan secepat-cepatnya ke sungai terdekat.
4. Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jaruh ke atau suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya mengalir ke laut.
5. Orang sama sekali tidak berpikir apa yang akan terjadi di bagian hilir, jika semua air hujan dialirkan secepat-cepatnya ke sungai tanpa diupayakan agar air mempunyai waktu cukup untuk meresap ke dalam tanah.
6. Konsep mengalirkan air secepatnya berarti pengaturan kawasan atau menurunkan kesempatan bagi air untuk meresap ke dalam tanah.
Akibat:
Akibatnya, banyak terjadi kekeringan di mana-mana sebab air tidak diberi kesempatan meresap ke dalam tanah.
Kaidah Kebahasaan Debat
Debat yang dipelajari di sini adalah debat ilmiah, bukan debat kusir seperti yang biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Debat kusir bertujuan untuk mengalahkan pendapat pihak lain seringkali dilakukan tanpa memedulikan kesahihan argumen yang disampaikan.
Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir, baik dalam ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus diperhatikan.
Berikut ini adalah ciri ragam bahasa ilmiah.
1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan mapun tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistematis. Hal ini tergantung pada ketepatan pemilihan kata (diksi) dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif.
3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif).
Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan sebagai ragam yang dapat diterima dan berfungsi sebagai model untuk suatu masyarakat. Jadi, ada tiga aspek dalam bahasa baku yang saling menyatu yaitu kodifikasi, keberterimaan, dan difungsikan sebagai model.
Selain itu, dalam debat sebaiknya penggunaan kata-kata berbahasa daerah atau asing, baha prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan. Hal ini bertujuan agar terhindar dari ketersinggungan dan mengakibatkan acara debat karena antarpihak tidak saling memahami kata yang digunakan.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
1. Pemerintah seharusnya tidak menutup mata pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
2. Banyak banget siswa jatuh bergelimpangan karena takut gagal dalam Ujian Nasional
Kalimat (1) dan kalimat (2) di atas merupakan contoh kalimat tidak baku. Ketidak bakuan keduanya karena menggunakan frasa bermakna konotatif yaitu frasa menutup mata dan jatuh bergelimpangan. Pada kalimat kedua, ketikdakefisienan kalimatnya juga disebabkan penggunaan kata-kata dari bahasa daerah yaitu kata banget.
Pembenahan kedua kalimat di atas agar menjadi kalimat ragam ilmiah yang baku dapat kamu lihat pada bagian berikut.
1. Pemerintah seharusnya peduli pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.
2. Banyak sekali siswa frustrasi karena takut atau gagal dalam Ujian Nasional.
Nah, itulah penjelasan panjang tentang pengertian, unsur-unsur, dan kaidah kebahasaan debat. Mudah mudahan artikel ini bisa menambah wawasan Anda dalam bidang bahasa Indonesia. Terima kasih.